Friday, September 7, 2012

Sebuah Perspektif

Postingan berseri mengenai cara pandang dan berfikir yang (mungkin) berbeda.

Sejarah manusia pertama turun ke bumi dimulai oleh Nabi Adam dan Siti Hawa. Ketika mereka membesarkan anak yang menjelang dewasa (Qabil dan Habil), terjadilah perseteruan awal anak manusia. Darah pun tertumpah diikuti dengan sebuah nyawa yang melayang hanya demi wanita. Mungkin ini menjadi pemicu dasar yang merebak pesat antar lintas generasi manusia berikutnya.

http://tinyurl.com/adam-hawa

Perseteruan yang berujungkan perang, kesakitan, kehilangan dan kematian menjadi warisan peradaban yang sulit dimusnahkan, padahal secara hakikat manusia itu adalah bersaudara antara satu dengan yang lain. Segala konflik yang timbul dan berkembang tidaklah lepas dari pengaruh dan peran faktor ke 3 yang menetap pada dimensi halus (iblis) sebagaimana ia menyebabkan turunnya Adam ke muka bumi untuk memulai kisah perjalanan panjang peradaban manusia.

Untuk menyederhanakan kisah jalannya perkembangan skenario kehidupan manusia di bumi perlu memperkenalkan, memahami dan mengedepankan unsur Sang Maha Pencipta, karena DIA lah Sang Maha Segala, Dialah Awal dan penentu dari Akhir. Manusia lebih mengenalnya dengan konsep Ketuhanan. Tentu akan menjadi sebuah kesulitan tersendiri bagi mereka yang  tidak memahami dan mempercayai konsep Tuhan dan Ketuhanan ini sehinga akan masuk ke dalam kelompok Ateis.

Berbagai upaya dan proses untuk memahami Tuhan dan Ketuhanan terbantukan dengan dikaruniainya manusia akan akal dan hati. Melalui akal dan hati, kita mampu berfikir, memahami dan merenungkan segala  macam kejadian dalam kehidupan, seperti penciptaan alam semesta dan makhluk hidup. Ketika kemampuan akal sedemikian terbatas dalam menjawab segala macam pertanyaan yang mengemuka, peranan kemampuan hati dapat diasah setajam mungkin. Karena hati yang bersih, suci  dan peka kan mampu membuka segala hijab (batasan) yang melingkupi manusia, khususnya menyangkut masalah ghaib - (tak terindera).

Adanya perbedaan dimensi manusia dengan makhluk halus menjadi salah satu sebab terjadinya faktor keghaiban. Dibutuhkan kemampuan serta kelebihan khusus untuk bisa memahami kekayaan kehidupan yang dicipta oleh Sang Maha Pencipta. Melalui ilmu pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang dikuasainya beberapa manusia dapat memahami dan berinteraksi antar lintas dimensi.

Memahami, memaknai dan menjalankan konsep ketuhanan yang hakiki memiliki korelasi kuat terhadap jalannya peradaban manusia. Suatu bangsa yang memiliki pemahaman Ketuhanan begitu kuat akan tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang maju dengan teknologi tinggi. Hal ini dimungkinkan karena kemampuan spiritual mereka kerap menuntun kepada kecanggihan ilmu pengetahuan. Maraknya perilaku positif yang cenderung untuk berbuat kebaikan di segala lini bidang kehidupan menepis godaan dan hasutan iblis untuk saling berseteru menyebarkan konflik-konflik negatif.

Namun bila konsep ketuhanan ini mengendur dan bahkan luntur dari perilaku kehidupan manusia sehari-harinya, peristiwa demi peristiwa mengenai perseteruan antar manusia akan tumbuh makmur dan menjatuhkan peradaban ke titik nadir. Gelombang dan energi negatif yang terpancar dari sifat dan sikap manusia yang gemar merusak, merugikan dan menganiaya mahkluk hidup dan lingkungan akan menyulut alam kepada kemurkaan sehingga terjadilah bencana alam yang sangat mengerikan, seperti : tsunami , gempa bumi, angin topan dan jatuhnya benda langit yang mudah menyulut unsur api, kebakaran.

Seperti itulah pasang surut perjalanan siklus peradaban manusia bila diasosiaikan dengan konsep ketuhanan. Mulai dari titik O lalu mencapai puncak tertinggi peradaban, kemudian hancur lebur kembali ke titik O.


bagian 1 : korelasi konsep Ketuhanan dan arah peradaban manusia


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Kumpulan Postingan DUNIA KITA

Kaos Wayang SASONO RINGGIT