Saturday, September 15, 2012

Kartini : Habis Gelap Terbitlah Terang

Sejarah memuliakan nama dan cita-cita Kartini. Betapa pemikiran, harapan dan segenap rasa yang kerap dialaminya dituangkan dalam sekumpulan tulisan yang dikenal dengan : "Habis Gelap Terbitlah Terang". Tentang diri dan cita-cita seorang Kartini pada zamannya.

R.A Kartini adalah cucu Pangeran Ario Tjondronegoro, Bupati Demak yang suka dan peduli akan kemajuan. Di tahun 1846 ketika penjajahan Belanda begitu bersemangat membodohkan rakyat jajahannya secara sistematis, kebutuhan akan pendidikan dasar laksana mimpi tak teraih. Bahkan pada tahun 1902 saja kemampuan baca-tulis dan penguasaan bahasa asing, khususnya Bahasa Belanda hanya dimiliki oleh segelintir orang, seperti Bupati Serang (P.A.A Achmad Djajadiningrat), Bupati Ngawi (R.M. Tumenggung Kusumo Utoyo), Bupati Demak (Pangeran Ario Hadiningrat - Paman R.A Kartini) dan Bupati Jepara (R.M Adipati Ario Sosroningrat - Bapak R.A. Kartini). Kolotnya masyarakat yang tidak diasup dengan berbagai pendidikan dan pelajaran akan memundurkan peradaban suatu bangsa. Terlebih nasib bangsa yang dijajah !

Ketika untuk pertama kalinya didirikan perhimpunan Bupati, terpilihlah Pangeran Ario Hadiningrat yang dipercayai sebagai ketua menimbang kemampuan beliau yang pandai menguraikan pikiran dan pendapatnya secara orang barat tentang keadaan masyarakat dan apa yang harus dijalankan untuk memperbaiki keadaan.

Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Mayong, kabupaten Jepara. Waktu berumur 12 tahun ketika asik menikmati masa bersekolah, ia dipingit oleh orang tuanya yang teguh memegang adat. Empat tahun lamanya Kartini tidak diizinkan pergi keluar. Pada tahun 1895 ketika berumur 16 tahun, bolehlah ia melihat dunia luar. Namun tidak berlangsung lama. Baru pada tahun 1898 ia mendapatkan kebebasan secara resmi. Keadaan ini membekas dalam hati sanubarinya. Ia pun lalu mengamati bahwa nasibnya tidaklah seperti anak gadis Eropa. Menjadi Raden Ayu berarti pasrah dan harus menerima tujuan hidup di zamannya, yaitu menikah dengan orang yang dijodohkan kepadanya.

Selaku pribadi yang suka belajar dan jiwa yang haus akan berbagai macam ilmu pengetahuan, keinginannya pupus untuk bersekolah tinggi. Merasa terpenjarakan oleh adat pingitan, Kartini harus berjuang kuat menjaga cahaya cita-citanya agar tidak padam oleh keadaan. Setidaknya kebutuhan dan dahaga akan pengetahuan masih dapat terpuaskan oleh kehadiran buku-buku serta aktif berkorespondensi, bertukar rasa dan pikiran dengan teman-temannya di Eropa.


Sumber Buku Habis Gelap Terbitlah Terang , Karya Armijn Pane

kartini
http://tinyurl.com/RadenAjengKartini



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Kumpulan Postingan DUNIA KITA

Kaos Wayang SASONO RINGGIT