Esensi dari pelatihan selama satu bulan penuh tersebut tak lain agar manusia sadar dan segera melatih kapasitas diri untuk menjadi khalifah (pemimpin) di bumi hingga bertemu dengan momentum Ramadhan berikutnya. Bukan lantas dipahami sebagai perayaan satu atau beberapa hari saja tanpa ada kelanjutan peningkatan serta kebiasaan positif yang telah terpolakan sebelumnya.
Berbuat baik dan memakmurkan kebaikan adalah tuntunan dan semangat dari Bulan Suci Ramadhan. Mengoptimalkan fungsi dan kemampuan diri untuk mengelola bumi dengan sebaik-baiknya. Entaskan kemiskinan dan jauhkan dari ancaman serta gangguan kejahatan dan angkara murka. Karena hanya dengan demikianlah maka wujud surga duniawi baru kan dapat tercipta.
Perbedaan adalah rahmat bila kita maknai dengan segenap kebijaksanaan. Bahwa kita adalah makhluk terbaik yang dicipta untuk mengelola bumi. Namun, mengapa kita saling berseteru dan menjatuhkan, bahkan gemar memakan hak yang satu dari yang lain?
Bukankah setiap manusia adalah satu, saudara? Pandanglah dengan menggunakan jalinan kasih keluarga lingkup semesta. Di bumi yang satu kita dituntut untuk bersatu mensejahterakannya agar pancaran kasih memadu indah dari setiap kalbu.
Merajut kebersamaan dalam melangkahi hari menceriakan tanah pertiwi. Berbekal pelatihan selama bulan Ramadhan inilah makna lebaran indah tersimpan. Sebagaimana nikmatnya karunia Lailatul Qadar yang turun pada satu malam terakhir, betapa malam yang mulia lagi diberkahi, malam seribu bulan, ketika semua curahan kebaikan tersebar di seluruh penjuru bumi hingga terbitnya fajar, seperti itu pulalah semestinya kita bekerja dalam mengisi hari.
Dan bila pemaknaan ini telah dapat diserap dengan baik lalu mengakar kuat bagi para penggiat dan pecinta Ramadhan, niscaya manfaat agung kan segera tersebar secara merata di sepanjang tahun dalam bentuk produktivitas kerja yang tinggi, ledakan empati antar mahkluk Tuhan serta banjir tenggang rasa dalam suasana kehangatan yang berujung pada kemakmuran, kesejahteraan serta kedamaian di seluruh pelosok negri dan seantero bumi.
http://tinyurl.com/damaibumiku |
No comments:
Post a Comment